Aku mencintainya , Tuhan. Aku
sangat mencintainya. Untuk beberapa alasan mungkin aku akan sulit untuk
melihatnya, bercanda dengannya, saling berpeluk erat, saling bertukar fikiran
dengannya.
Keegoisanku kian memudar seiring
bertambahnya usiaku. Aku mulai mengerti “posisi”, aku mulai mengerti “peran”,
aku mulai mengerti apa itu memahami satu sama lain. Dan, disaat aku mulai
mengerti itu semua, aku belum sepenuhnya berada disisi mu.
Sempat dulu aku berfikir, aku
bukanlah orang yang baik untukku, bukan orang berguna untukmu, bukan seseorang
kau butuhkan jasanya. Tiap kali kau ucapkan bahwa kau sayang padaku, ku acuhkan
itu dengan tega, penuh dengan rasa marah, penuh dengan rasa tak peduli, penuh dengan
keegoisan. Kalau saat itu aku mampu membaca hatimu, aku tak akan melakukan itu
semua.
Betapa tulusnya hatimu, betapa
polosnya kau, betapa baiknya hatimu. Dan betapa buruknya aku, betapa teganya
aku, betapa kasarnya aku, betapa egoisnya aku. Tapi, tak pernah aku dengar kau
ucapkan itu. Yang selalu kau lontarkan
adalah kalimat yang sama “aku sayang mbek
mbakku”. Apapun tingkahku itu. Hanya itu yang selalu ku dengar dari mulut itu.
Saat kau butuh kehadiranku, aku
lebih sering tak pernah bersedia ada di sampingmu, saat kau butuh aku-aku lebih
sering menghindar daripada mendekat denganmu, saat kau butuh-aku lebih sering
mengacuhkanmu daripada membiarkanmu berada dalam pelukanku. Orang macam apa aku
ini? Namun, bagaimanapun sikap burukku kepadamu-kau selalu mampu memanggilku
dengan sebutan “KAKAK”.
Kau, selalu aku pandang sebagai
anak kecil yang tak bisa akan mengerti apa itu perasaan, apa itu keadaan, apa
itu dewasa. Namun, aku salah. KAu justru yang mengajarkan aku tentang semua
itu. Kau yang lebih tahu perasaan, kau
yang lebih tahu apa itu keadaan, kau yang jauh lebih mengerti apa itu bersikap,
kau yang jauh tahu apa itu dewasa.
Saat ini, aku juga ingin
mengatakan kalimat yang sama dengan apa yang selalu kau katakana
berkali-kaliitu. Aku “mencintaimu, menyayangimu lebih dari apapun”. Kali ini
aku benar-benar tulus, kali ini aku benar-benar jujur. Aku menyayangimu, aku
menyayangimu. Aku menyayanginya, Tuhan.
Waktu berlalu sangat cepat, dan
baru aku sadari bahwa banyak waktuku hilang bukan karenamu tapi karena
kesibukan yang aku buat sendiri. Waktu, benar-benar terbuang, sehingga aku baru
menyadari bahwa aku banyak sekali kehilangan moment penting denganmu. Moment
dimana seharusnya kau merasakan pelukan erat seseorang untuk selalu menjagamu.
Kalau aku boleh meminta, aku ingin waktu kembali beberapa tahun lalu. Aku akan
benar-benar menjagamu, aku akan benar-benar menyayangimu, tak akan pernah
memarahiu bagaimanapun kesalahan yang tak sengaja kau perbuat. Namun, apalah
daya, yang lalu aku putuskan biarlah berlalu. Sekarang, aku melalukan hal yang
seharusnya sudah aku lakukan sedari dulu. Aku inigin kau selalu melihatku
tersenyum, melihatku gembira, melihatku selalu berada disebelahmu, ya “selalu”.
Jadilah, anak yang hebat dariku.
Belajarlah dengan rajin dan tekun, jangan jadi orang sepertiku yang mudah
marah, yang egois, dan yang lainnya. Karena suatu saat nanti, kau harus hidup
tanpa kehadiranku disampingmu.
Aku mohon, tetaplah bersedia
memnggilku “kakak”. I Love you so much my young brother.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar