Laman

Jumat, 28 November 2014

Engkau yang Selalu Membuatku Rindu



Aku mencintainya , Tuhan. Aku sangat mencintainya. Untuk beberapa alasan mungkin aku akan sulit untuk melihatnya, bercanda dengannya, saling berpeluk erat, saling bertukar fikiran dengannya.
Keegoisanku kian memudar seiring bertambahnya usiaku. Aku mulai mengerti “posisi”, aku mulai mengerti “peran”, aku mulai mengerti apa itu memahami satu sama lain. Dan, disaat aku mulai mengerti itu semua, aku belum sepenuhnya berada disisi mu.
Sempat dulu aku berfikir, aku bukanlah orang yang baik untukku, bukan orang berguna untukmu, bukan seseorang kau butuhkan jasanya. Tiap kali kau ucapkan bahwa kau sayang padaku, ku acuhkan itu dengan tega, penuh dengan rasa marah, penuh dengan rasa tak peduli, penuh dengan keegoisan. Kalau saat itu aku mampu membaca hatimu, aku tak akan melakukan itu semua.

Betapa tulusnya hatimu, betapa polosnya kau, betapa baiknya hatimu. Dan betapa buruknya aku, betapa teganya aku, betapa kasarnya aku, betapa egoisnya aku. Tapi, tak pernah aku dengar kau ucapkan itu.  Yang selalu kau lontarkan adalah kalimat yang sama “aku sayang mbek mbakku”. Apapun tingkahku itu. Hanya itu yang selalu ku dengar dari mulut itu.
Saat kau butuh kehadiranku, aku lebih sering tak pernah bersedia ada di sampingmu, saat kau butuh aku-aku lebih sering menghindar daripada mendekat denganmu, saat kau butuh-aku lebih sering mengacuhkanmu daripada membiarkanmu berada dalam pelukanku. Orang macam apa aku ini? Namun, bagaimanapun sikap burukku kepadamu-kau selalu mampu memanggilku dengan sebutan “KAKAK”.
Kau, selalu aku pandang sebagai anak kecil yang tak bisa akan mengerti apa itu perasaan, apa itu keadaan, apa itu dewasa. Namun, aku salah. KAu justru yang mengajarkan aku tentang semua itu. Kau  yang lebih tahu perasaan, kau yang lebih tahu apa itu keadaan, kau yang jauh lebih mengerti apa itu bersikap, kau yang jauh tahu apa itu dewasa.
Saat ini, aku juga ingin mengatakan kalimat yang sama dengan apa yang selalu kau katakana berkali-kaliitu. Aku “mencintaimu, menyayangimu lebih dari apapun”. Kali ini aku benar-benar tulus, kali ini aku benar-benar jujur. Aku menyayangimu, aku menyayangimu. Aku menyayanginya, Tuhan.

Waktu berlalu sangat cepat, dan baru aku sadari bahwa banyak waktuku hilang bukan karenamu tapi karena kesibukan yang aku buat sendiri. Waktu, benar-benar terbuang, sehingga aku baru menyadari bahwa aku banyak sekali kehilangan moment penting denganmu. Moment dimana seharusnya kau merasakan pelukan erat seseorang untuk selalu menjagamu. Kalau aku boleh meminta, aku ingin waktu kembali beberapa tahun lalu. Aku akan benar-benar menjagamu, aku akan benar-benar menyayangimu, tak akan pernah memarahiu bagaimanapun kesalahan yang tak sengaja kau perbuat. Namun, apalah daya, yang lalu aku putuskan biarlah berlalu. Sekarang, aku melalukan hal yang seharusnya sudah aku lakukan sedari dulu. Aku inigin kau selalu melihatku tersenyum, melihatku gembira, melihatku selalu berada disebelahmu, ya “selalu”.
Jadilah, anak yang hebat dariku. Belajarlah dengan rajin dan tekun, jangan jadi orang sepertiku yang mudah marah, yang egois, dan yang lainnya. Karena suatu saat nanti, kau harus hidup tanpa kehadiranku disampingmu.
Aku mohon, tetaplah bersedia memnggilku “kakak”. I Love you so much my young brother. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar